Sabtu, 16 April 2011

KEMITRAAN BIDAN DENGAN DUKUN

Abstrak
Program penempatan Bidan Di desa (BDD) yang belum merata di daerah Sulawesi Tengah merupakan masalah utama bagi daerah itu sendiri, baik dari segi jumlahnya maupun dari segi sarana fisiknya. Di satu sisi masih ada beberapa desa yang mempunyai masalah kesehatan yang tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balitanya masih tinggi, di sisi lain program penempatan BDD yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita belum menunjukkan hasil yang optimal, karena masih banyak persalinan yang terjadi di beberapa daerah dilakukan oleh dukun bayi, berarti Dukun Bayi masih dibutuhkan oleh masyarakat setempat, dan masih mengandalkan kepiawian Dukun Bayi dalam menolong persalinan, sekalipun secara medis berisiko tinggi terhadap kematian ibu hamil, bayi dan balitanya. .
Upaya meminimalisasi dan menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita, maka semua persalinan yang ditangani oleh dukun bayi, harus beralih ditangani oleh BDD, kecuali hal-hal yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan masyarakat setempat, dengan menjalin hubungan kemitraan antara keduanya.
Hasil temuan dilapangan menunjukkan bahwa kemitraan BDD dengan Dukun bayi sudah menampakkan tanda-tanda yang menggembirakan, masih berjalan lancar, saling mendukung tanpa menimbulkan image persaingan, pasaran kerja, dan mengurangi status dukun bayi sebagai tokoh masyarakat.Tetapi kemitraan yang sementara berjalan sekarang ini masih dalam batas pemaknaan transfer knowledge, masih dalam bentuk pembinaan cara-cara persalinan yang higiens BDD kepada Dukun Bayi, berarti belum ada dalam bentuk kesepekatan uraian tugas dan fungsi masing-masing, juga belum mengarah pada alih peran pertolongan persalinan secara optimal.
Namun dikhawatirkan di masa mendatang, pembinaan yang dilakukan oleh BDD justru memberikan peran baru Dukun Bayi, menambah prestasenya, dan menaikkan status mereka, bahkan semakin menambah kepercayaan mereka menjalankan profesinya secara sendiri-sendiri. Bagaimana upaya yang dilakukan keduanya dalam menurunkan angka kematian ibu hamil, bayi dan balitanya, Apakah kemitraan BDD dengan dukun bayi tidak terjadi tumpang tindih ataukah justru memperkuat kembali kerjasama antara keduanya dalam menangani persalinan sesuai tugas dan fungsi masing- masing, agaknya harus menjadi kajian dalam penelitian ini .Kata Kunci : Pertolongan dan Alih Peran Persalinan,




A. Latar Belakang
ISU
Pengembangan dan penyebaran bidan yang tidak merata di beberapa daerah di Sulawesi Tengah, merupakan masalah utama bagi daerah-daerah itu sendiri, terutama penempatan bidan yang tidak merata jumlahnya serta fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi seperti Pondok Bersalin Desa (Polindes.) Data menunjukkan bahwa jumlah desa di Sulawesi Tengah 1.524 desa, sedangkan jumlah bidan 1.119 orang yang tersebar di 9 (sembilan) kabupaten dan 1 (satu) kota. Sedangkan jumlah Polindes tercatat 1.051 tahun 2003, meningkat menjadi 1.159 tahun 2004, dan menurun menjadi 901 pada tahun 2005 (Sumber data: Profil UKBM Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, tahun 2005). Gambaran data tersebut mengisyaratkan bahwa di Sulawesi Tengah masih membutuhkan 405 bidan, tidak termasuk bidan yang pindah wilayah kerja dan ditempatkan di Puskesmas setelah diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS), dan 623 Polindes, tidak termasuk Polindes yang tidak layak huni, karena alasan rusak, dibongkar atau tidak dapat ditempati lagi.
Dalam buku panduan Bidan Tingkat Desa tahun 1990, menunjukkan bahwa tujuan utama penempatan bidan di desa adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balitanya, dan angka kelahiran serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Sasaran penempatan BDD yaitu desa yang mempunyai masalah kesehatan yang lebih besar seperti tingkat kematian ibu, bayi dan anak balita yang tinggi serta angka kelahiran yang tinggi.
Namun, masih ada diantara BDD yang telah ditempatkan di desa, ternyata tidak bekerja secara penuh di desa dan bersedia tinggal di wilayah kerjanya, karena alasan pernikahan harus mengikuti suami yang bekerja di desa lain atau di ibukota kabupaten. Oleh karena itu, ibu hamil yang akan melahirkan harus berhubungan dengan dukun bayi pada saat bersalin, dengan alasan bidan tidak ada di tempat. Sedangkan adat kebiasaan yang berlaku pada masyarakat di desa, pada umumnya persalinan dilakukan di rumah. Sebaliknya dukun bayi mudah dihubungi karena mereka hidup dan tinggal ditengah-tengah masyarakat, bahkan mereka tidak mau diukur dengan nilai uang setiap melakukan persalinan, tidak pernah menetapkan standar harga sesuai keikhlasan pasien.
Namun, peranan Bidan Di desa sangat besar dalam persalinan, bahkan sebagian besar masyarakat masih menggantungkan harapan penyembuhan atas berbagai penyakit yang dialami oleh seorang ibu hamil, dan masih banyak bidan di desa tidak dapat memenuhi dan memuaskan semua kebutuhan kesehatan komunitas, terutama seringnya terlambat penanganan pasien rujukan, obat-obatan sering terlambat, sehingga kematian tidak bisa juga dihindari. Oleh karena itu, upaya-upaya yang harus dilakukan dalam membangun kemitraan antara BDD dengan Dukun Bayi yaitu kesamaan persepsi antara Bidan Di desa dengan Dukun Bayi dalam persalinan, kesetaraan dalam menjalankan professi sebagai penolong persalinan, dan saling menguntungkan dari sisi ekonomi, sehingga Dukun Bayi tidak ada image negatif bahwa lahan kerjanya diambil alih oleh Bidan Di desa.
Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa masalah yaitu, bagaimana persepsi dukun bayi tentang kemitraan dengan BDD. Apakah kemitraan yang dilakukan BDD terhadap dukun bayi dapat menciptakan alih peran pertolongan persalinan? dan Faktor-faktor apa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kemitraan antara BDD dengan dukun bayi .
B. Tinjauan Pustaka
- Pengertian Kemitraan
Di Indonesia istilah kemitraan masih relative baru, namun dalam prakteknya istilah ini sudah lama dikenal oleh masyarakat dengan istilah gotong royong yang sebenarnya esensinya adalah kemitraan, yakni kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Selanjutnya gotong royong sebagai “praktek individual” ini berkembang menjadi koperasi, koalisi, aliansi, jejaring (net working), dan sebagainya. Istilah- istilah ini sebenarnya sebagai perwujudan dari kerjasama antar individu atau kelompok yang saling membantu, saling menguntungkan dan secara bersama-sama meringankan pencapaian suatu tujuan yang telah mereka sepekati bersama.
Pengertian kemitraan menurut Robert Davies, adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing- masing tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan saling berbagi, baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. (Notoatmodjo, 2003:105).
Dari batasan ini ada tiga kata kunci dalam kemitraan yakni: a) kerjasama antara kelompok, organisasi, dan individu 2) bersama- sama mencapai tujuan tertentu (sesuai kesepakatan) 3) saling menanggung resiko dan keuntungan. Membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut: 1) kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan 2) saling mempercayai dan saling menghormati, 3) tujuan yang jelas dan terukur 4) kesediaan untuk berkorban baik waktu, tenaga, maupun sumber daya lain.
Konsep kemitraan yang diuraikan di atas, senantiasa diperhadapkan berbagai tangtangan atau hambatan dalam hal ini pelaku medis tradisional yaitu dukun bayi, salah satu penolong persalinan dan warga masyarakat yang banyak berperan dalam pertolongan persalinan (Kalangie, 1987, Foster 1969).
- Pengertian Dukun Bayi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sudah mengenal dukun bayi atau dukun beranak sebagai tenaga pertolongan persalinan yang diwariskan secara turun temurun. Dukun bayi yaitu mereka yang memberi pertolongan pada waktu kelahiran atau dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan kelahiran, seperti memandikan bayi, upacara menginjak tanah, dan upacara adat serimonial lainnya. Pada kelahiran anak dukun bayi yang biasanya adalah seorang wanita tua yang sudah berpengalaman, membantu melahirkan dan memimpin upacara yang bersangkut paut dengan kelahiran itu (Koentjaraningrat, 1992:205).
- Pengertian Bidan
Bidan adalah seseorang dengan persyaratan tertentu telah mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan yang diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Pengertian Bidan ini mengisyaratkan bahwa bidan tenaga yang baru, relative sangat muda, dan pengalaman mereka juga belum banyak dan masih kurang dewasa. Sedangkan dukun bayi tenaga yang cukup berpengalaman dalam menolong persalinan, masih diterima oleh masyarakat, maka tidak mustahil jika masyarakat lebih percaya menggunakan dukun bayi dibanding dengan bidan, dalam hal memeriksa kehamilan dan menolong persalinan.
- Pengertian Alih Peran
Tugas Bidan Di desa (BDD) adalah melakukan kerjasama dengan Dukun Bayi agar dapat mengambil alih persalinan yang semula ditangani oleh dukun bayi beralih ditangani BDD. Alih peran dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pengalihan dan efektifitas dalam melakukan persalinan dan keselamatan bayi lahir yang pada umumnya telah dilakukan oleh tenaga kesehatan (nakes)

Selasa, 12 April 2011

DESAIN PENELITIAN

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Desain Penelitian
Desain artinya rencana, tetapi apabila dikaji lebih lanjut kata itu dapat berarti pula pola, potongan, bentuk, model, tujuan dna maksud (Echols dan Hassan Shadily, 1976:177), Desain Penelitian menurut William M.K. Trochim (2006) “Research design can be thought of as the structure of research -- it is the "glue" that holds all of the elements in a research project together.” Sedangkan Lincoln dan Guba (1985:226) mendefinisikan rancangan penelitian sebagi usaha merencanakan kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukkan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan unsur masing-masing.
Desain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian.
Dalam penelitian eksperimental, desain penelitian disebut desain eksperimental. Desain eksperimen dirancang sedemikian rupa guna meningkatkan validitas internal maupun eksternal.
Suharsimi Arikunto (1998:85-88) mengkategorikan desain eksperimen murni menjadi 8 yaitu control group pre-test post test, random terhadap subjek, pasangan terhadap subjek, random pre test post test , random terhadap subjek dengan pre test kelompok kontrol post test kelompok eksperimen, tiga kelompok eksperimen dan kontrol, empat kelompok dengan 3 kelompok kontrol, dan desain waktu.
Sutrisno Hadi (1982:441) mengkategorikan desain eksperimen menjadi enam yaitu simple randomaized, treatment by levels desaigns, treatments by subjects desaigns, random replications desaigns, factorial designs, dan groups within treatment designs. Sedangkan Ibnu Hadjar (1999:327) membedakan desain penelitian eksperimen murni menjadi dua yaitu pre test post test kelompok kontrol dan post tes kelompok kontrol.
B. Macam-Macam Desain Penelitian
Dalam penelitian eksperimen murni, desain penelitian yang populer digunakan adalah sebagai berikut:
a. Control Group Post test only design atau post tes kelompok kontrol
Desain ini subjek ditempatkan secara random kedalam kelompok-kelompok dan diekspose sebagai variabel independen diberi post test. Nilai-nilai post test kemudian dibandingkan untuk menentukan keefektifan tretment.
Desain ini cocok untuk digunakan bila pre test tidak mungkin dilaksanakan atau pre tes mempunyai kemungkinan untuk berpengaruh pada perlakuan eksperimen. Desain ini akan lebih cocok dalam eksperimen yang berkaitan dengan pembentukan sikap karena dalam eksperimen demikian akan berpengaruh pada perlakuan.
b. Pre test post test control group design atau pre tes post tes kelompok kontrol
Desain ini melibatkan dua kelompok subjek, satu diberi perlakuan eksperimental (kelompok eksperimen) dan yang lain tidak diberi apa-apa (kelompok kontrol).
Berdasarkan desain penelitian yang disusun, penelitian kualitatif dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Desain penelitian kualitatif non standar
Desain penelitian dalam paradigma positivistik kuantitatif bersifat terstandar, artinya ada aturan yang sama yang harus dipenuhi oleh peneliti untuk mengadakan penelitian dalam bidang apapun juga. Pelaksanaan penelitian dimulai dari adanya masalah, membatasi obyek penelitian, mencari teori dan hasil penelitian yang relevan, mendesain metode penelitian, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, ada yang menambah dengan implikasi, saran dan atau rekomendasi. Sebelum data diolah, perlu diuji terlebih dulu validitas dan reliabilitasnya, baik dari segi konstrak teori, isi maupun empiriknya.
Sistematika penulisan sudah terstandar, yaitu:
• Bab I. Pendahuluan (latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan/batasan masalah, dst.).
• Bab II. Kajian teori atau kajian pustaka (kajian teori yang sesuai dengan masalah yang diteliti, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, hipotesis/pertanyaan penelitian). Bab III. Metode penelitian (Desain, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen dan teknik analisis data). Bab IV. Hasil penelitian. Bab V. Kesimpulan (ada yang menambah, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran).Desain penelitian kualitatif non standar sebetulnya menggunakan standar seperti kuantitatif tetapi bersifat flesibel (tidak kaku). Dengan kata lain model ini merupakan modifikasi dari model penelitian paradigma positivistik kuantitatif dengan menyederhanakan sistematika ataupun menyatukan bebarapa bagian dalam bab yang sama, misalnya memasukkan metode penelitian dalam bab I . Desain penelitian kualitatif non standar ini digunakan untuk penelitian kualitatif dalam paradigma positivistik dan penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa
b. Desain penelitian kualitatif tentative
Model ini sama sekali berbeda dari model-model di atas. Desain penelitian terstandar dan non standar disusun sebelum peneliti terjun ke lapangan dan dijadikan sebagai acuan dalam mengadakan penelitian, sedangkan desain penelitian tentatif disusun sebelum ke lapangan juga tetapi setelah peneliti memasuki lapangan penelitian, desain penelitian dapat berubah-ubah untuk menyesuaikan dengan kondisi realitas lapangan yang dihadapi. Acuan pelaksanaan penelitian tidak sepenuhnya tergantung pada desain yang telah disusun sebelumnya, tetapi lebih memperhatikan kondisi realitas yang dihadapi.
Dalam desain penelitian terstandar maupun non standar dapat dibakukan dengan istilah-istilah: masalah, kerangka teori, metode penelitian, analisis dan kesimpulan dan lainnya. Model tentatif menggunakan dasar sistematika yang berbeda. Sistematika model ini unit-unitnya atau bab-babnya disesuaikan dengan sistematika substantif obyeknya.
B. Tipe-Tipe Desain Penelitian
Secara garis besar ada dua macam tipe desain, yaitu: Desain Ex Post Facto dan Desain Eskperimental. Faktor-faktor yang membedakan kedua desain ini ialah pada desain pertama tidak terjadi manipulasi varaibel bebas sedang pada desain yang kedua terdapat adanya manipulasi variable bebas. Tujuan utama penggunaan desain yang pertama ialah bersifat eksplorasi dan deskriptif; sedang desain kedua bersifat eksplanatori (sebab akibat). Jika dilihat dari sisi tingkat pemahaman permasalahan yang diteliti, maka desain ex post facto menghasilkan tingkat pemahaman persoalan yang dikaji pada tataran permukaan sedang desain eksperimental dapat menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih mendalam. Kedua desain utama tersebut mempunyai sub-sub desain yang lebih khusus. Yang termasuk dalam kategori pertama ialah studi lapangan dan survei.
Sedang yang termasuk dalam kategori kedua ialah percobaan di lapangan (field experiment) dan percobaan di laboratorium (laboratory experiment)
1. Sub Desain Ex post Facto
a. Studi Lapangan:
Studi lapangan merupakan desain penelitian yang mengkombinasikan antara pencarian literature (Literature Study), survei berdasarkan pengalaman dan / atau studi kasus dimana peneliti berusaha mengidentifikasi variable-variabel penting dan hubungan antar variable tersebut dalam suatu situasi permasalahan tertentu. Studi lapangan umumnya digunakan sebagai sarana penelitian lebih lanjut dan mendalam.
b. Survei
Desain survei tergantung pada penggunaan jenis kuesioner. Survei memerlukan populasi yang besar jika peneliti menginginkan hasilnya mencerminkan kondisi nyata. Semakin samplenya besar, survei semakin memberikan hasil yang lebih akurat. Dengan survei seorang peneliti dapat mengukap masalah yang banyak, meski hanya sebatas dipermukaan. Sekalipun demikian, survei bermanfaat jika peneliti menginginkan informasi yang banyak dan beraneka ragam. Metode survei sangat popular karena banyak digunakan dalam penelitian bisnis. Keunggulan survei yang lain ialah mudah melaksanakan dan dapat dilakukan secara cepat.
2. Sub Desain Desain Eksperimental
a. Eksperimen Lapangan
Desain eksperimen lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan latar yang realistic dimana peneliti melakukan campur tangan dan melakukan manipulasi terhadap variabel bebas.
b. Eksperimen Laboratorium
Desain eksperimen laboratorium menggunakan latar tiruan dalam melakukan penelitiannya. Dengan menggunakan desain ini, peneliti melakukan campur tangan dan manipulasi variable-variabel bebas serta memungkinkan penliti melakukan kontrol terhadap aspek-aspek kesalahan utama.
3. Desain Spesifik Ex Post Facto dan Eksperimental
Sebelum membicarakan desain spesifik Ex Post facto dan eksperimental, system notasi yang digunakan perlu diketahui terlebih dahulu. Sistem notasi tersebut adalah sebagai berikut:

X: Digunakan untuk mewakili pemaparan (exposure) suatu kelompok yang diuji terhadap suatu perlakuan eksperimental pada variable bebas yang kemudian efek pada variable tergantungnya akan diukur.
O: menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi terhadap variable tergantung yang sedang diteliti pada individu, kelompok atau obyek tertentu.
R: menunjukkan bahwa individu atau kelompok telah dipilih dan ditentukan secara random untuk tujuan-tujuan studi.

Jumat, 08 April 2011

USUS HALUS & USUS BESAR

Usus halus (intestinum)
Usus halus terdapat 3 bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (yeyenum) dan usus penyerap (ileum). Duodenum memiliki panjang sekitar dua belas jari, terdapat muara dari dua saluran : saluran dari kelenjar pankreas dan saluran dari kantung empedu. Di dalam duodenum makanan dicerna dengan bantuan enzim pencernaan menjadi molekul yang lebih sederhana. Pada duodenum sudah terjadi penyerapan (absorbsi) asam amino yang berlangsung cepat. Selanjutnya makanan melewati yeyenum (sekitar 7 meter) menuju ileum.
Di dalam ileum terjadi penyerapan sari makanan hasil pencernaan. Dinding dalam dari ileum berlipat-lipat yang disebut dengan jonjot (villi). Villi berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan sari makanan. Sari makanan yang larut dalam air (seperti glukosa, asam amino, vitamin B dan C) diserap oleh darah dalam pembuluh kapiler kemudian diedarkan ke seluruh sel yang membutuhkan. Molekul glukosa diserap secara difusi dengan kecepatan maksimum 120 gram tiap jam. Sedangkan sari makanan yang larut dalam lemak (seperti asam lemak, gliserol, vitamin A, D dan E ) diserap dan diangkut oleh cairan getah bening (limfe) di dalam pembuluh kill. Sisa makanan yang tidak dapat dicerna seperti zat serat (sellulosa) dan bahan yang telah diserap sarinya menuju ke usus besar. Makanan berada di dalam usus kira-kira 12 sampai 24 jam.
Usus halus
Usus halus merupakan saluran pencernaan makanan yang paling panjang. Usus halus terdiri dari usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum) dan usus penyerapan (ileum). Suatu lubang pada dinding duodenum berhubungan dengan dua kelenjar pencernaan yang besar, yaitu pankreas dan hati. Pankreas menghasilkan enzim tripsin, berfungsi merombak protein menjadi asam amino. Selain tripsin, pankreas juga menghasilkan amilase yang mengubah amilum menjadi zat gula yang disebut maltosa dan lipase yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

Empedu merupakan cairan yang berfungsi untuk menghancurkan partikel-partikel lemak. Getah empedu dihasilkan oleh hati dan disalurkan menuju doudenum (usus dua belas jari). Kedudukan organ pankreas, kantung empedu terhadap usus duabelas jari dapat dilihat pada Gambar 3.7. Di dalam duodenum makanan dicerna secara kimiawi lebih lanjut. Pencernaan makanan tersebut dilanjutkan di usus kosong (jejenum) yang panjangnya sekitar 7 meter. Setelah melalui usus kosong, zat-zat makanan sudah dalam bentuk siap diserap. Penyerapan zatzat makanan terjadi di usus penyerapan (ileum). Pada permukaan dalam usus halus terdapat banyak sekali jonjot usus (vilus, jamak = vili). Pada setiap jonjot usus terdapat tonjolan lagi yang lebih kecil, disebut mikrovilus. Adanya vilus dan mikrovilus menyebabkan permukaan usus menjadi sangat luas. Molekul-molekul kecil hasil pencernaan makanan akhirnya diserap oleh sistem peredaran darah untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Gambaran susunan dan bentuk jonjot usus secara mikroskopis dapat dilihat pada Gambar 3.8.



Tahap Pencernaan Usus
Setelah makanan tinggal di lambung selama beberapa saat, makanan kemudian didorong oleh kontraksi otot ke bagian usus kecil yang pertama, yang disebut duodenum. Ketika makanan masuk ke duodenum, tahap pencernaan usus dimulai. Tahap ini merupakan tahap utama terjadinya pemecahan karbohidrat, protein, dan lemak ke dalam bentuk yang dapat diserap. Makanan yang sudah setengah dicerna yang datang dari lambung harus cukup asam agar dapat memicu pengeluaran enzim-enzim pencernaan yang bertanggung jawab atas pemecahan utama dari makanan. Enzim-enzim ini adalah protease chymotripsin dan tripsin untuk memecah protein; amilase dan saccharidase untuk memecah berbagai bentuk lemak.
Enzim-enzim ini diproduksi oleh pankreas, dan produksinya oleh pankreas dipengaruhi oleh hormon secretin dan cholecystokinin yang dikeluarkan oleh lapisan duodenum. Pelepasan kedua hormon ini dipengaruhi oleh keasaman muatan usus. Jika makanan yang berasal dari lambung tidak cukup asam karena lambung tidak cukup mengeluarkan asam, maka mungkin hormon yang dilepaskan tidak akan cukup untuk merangsang pelepasan enzim-enzim pencernaan utama dalam jumlah yang cukup, sehingga menghasilkan maldigesti atau malabsorpsi. Sangat jelas bahwa sekresi asam lambung sangat penting untuk efektifitas penyerapan zat gizi, dan kemampuan untuk menghasilkan asam lambung ini seringkali menurun sejalan dengan usia, sehingga banyak usia lanjut yang mengalami masalah pencernaan.
Tahap penyerapan di usus merupakan tahap yang sangat vital, dan prosesnya dibantu oleh kecukupan zat-zat gizi tertentu seperti seng, asam panthotenic, dan vitamin A. Rasa nyeri di usus akibat peradangan lapisan permukaan dalam usus, dapat terjadi karena kekurangan zat-zat gizi ini, disamping bisa juga disebabkan oleh candida yang tidak terkendali. Serat dalam makanan juga diketahui memperbaiki kapasitas penyerapan di usus.

Usus besar (colon)


Pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat usus buntu dan umbai cacing (appendiks). Belum diketahui fungsi utama appendiks. Usus besar memiliki ukuran yang lebih pendek dari pada usus halus, tetapi memiliki diameter lebih lebar sampai 3X usus halus (mencapai 7 cm). Pada usus besar terjadi penyerapan garam-garam mineral dari sisa makanan serta penyerapan air (reabsorbsi) dalam jumlah tertentu. Apabila sisa makanan kekurangan air, maka air dilepaskan kembali. Di alam usus besar terdapat banyak mikroorganisme yang membantu membusukkan sisa makanan, seperti Escherichia coli. Sisa makanan yang telah busuk ini disebut faeces. Colon terdiri dari colon ascendens (naik), colon transcendens (mendatar) dan colon menurun.

Usus besar
Bahan makanan yang sudah melalui usus halus akhirnya masuk ke dalam usus besar. Tepat pada bagian pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat bagian yang disebut usus buntu. Pada usus buntu melekat umbai cacing (appendiks). Usus besar manusia disajikan pada Gambar 3.9 Bahan makanan yang sampai pada usus besar dapat dikatakan sebagai bahan sisa. Sisa tersebut terdiri dari sejumlah besar air dan bahan makanan yang tidak dapat tercerna, misalnya selulosa.
Fungsi utama usus besar adalah mengatur penyerapan air. Sejumlah besar air telah dikeluarkan ke dalam lambung dan usus halus oleh berbagai kelenjar pencernaan. Supaya tidak kehilangan banyak air maka air harus diserap kembali ke dalam tubuh. Di dalam usus besar terdapat banyak sekali mikroorganisme yang membantu membusukkan sisa-sisa makanan tersebut. Sisa makanan yang tidak terpakai oleh tubuh beserta gas-gas yang berbau disebut tinja (feses) dikeluarkan melalui anus.
Pada Sistem Pencernaan Bersama kelompokmu, identifikasilah kelainan dan penyakit yang berhubungan dengan sistem pencrnaan yang bisa ditemukan di sekitarmu! Identifikasi juga cara pencegahannya dengan menanyakan kepada keluarga penderita. Apabila mungkin, carilah beberapa literatur atau buku sumber untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan yang kamu temui! Cocokkan informasi hasil kegiatanmu dengan uraian berikut!
Beberapa kelainan dan penyakit yang dapat terjadi pada alat-alat sistem pencernaan antara lain:
a. Parotitis atau penyakit gondong, yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang kelenjar air ludah di bagian bawah telinga akibatnya kelenjar air ludah menjadi bengkak atau membesar.
b. Xerostomia, adalah istilah bagi penyakit pada rongga mulut yang ditandai dengan rendahnya produksi air ludah. Kondisi mulut yang kering membuat makanan kurang tercerna dengan baik.
c. Tukak lambung, terjadi karena adanya luka pada dinding lambung bagian dalam. Makan secara teratur sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko timbulnya tukak lambung.
d. Apendisitis atau infeksi usus buntu, dapat merembet sampai ke usus besar dan menyebabkan radang selaput rongga perut.
e. Diare atau “mencret”, adalah penyakit yang disebabkan oleh inveksi bakteri maupun protozoa pada usus besar. Karena inveksi tersebut, proses penyerapan air di usus besar terganggu, akibatnya feses menjadi encer.
f. Konstipasi atau sembelit terjadi akibat penyerapan air di dalam usus besar terjadi secara berlebihan, akibatnya feses menjadi sangat padat dan keras sehingga sulit dikeluarkan. Untuk mencegah sembelit dianjurkan untuk buang air besar secara teratur tiap hari, serta banyak makan sayur dan buah-buahan.

3. Bagaimana pengaruh aktivitas dan isirahat terhadap fungsi kolon?

JAWAB:
AKTIVITAS
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi, sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik dan memudahkan dalam membantu proses kelancaran defekasi
Peran pada defekasi
Ketika rektum penuh akan terjadi peningkatan tekanan di dalamnya dan memaksa dinding dari saluran anus. Paksaan ini menyebabkan feses masuk ke saluran anus. Pengeluaran feses diatur oleh otot sphinkter.
Untuk mencegah penyakit pada anus dan dalam rangka hidup sehat, manusia selalu membersihkan anus setelah defekasi. Biasanya anus dibersihkan dengan membilasnya dengan air atau kertas tisu toilet.

Muntah
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan penyakit muntah ini, tentunya banyak dari kita yang pernah mengalaminya, anda?


Muntah terbagi menjadi dua,
• Muntah yang biasa, ini karena memang mau muntah, muntah seperti ini adalah muntah yang tidak ditahan dan tidak dipaksa, tetapi akan terjadi dengan sendirinya jika sudah tidak dapat ditahan lagi.
• Muntah yang disengaja, atau diusahakan agar muntah, ini bermanfaat [...]bagi kesehatan jika memang diperlukan muntah, misalnya bila mengetahui kalau keracunan makanan atau tertelan sesuatu yang berbahaya,
Muntah dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
• Banyaknya sputum [dahak] yang akan keluar, sehingga mempengaruhi perut, sedang dahak/ riak tersebut harus keluar
• Lemahnya pencernaan sehingga tidak dapat menghancurkan makanan yang ada dalam perut
• Terlalu banyak makan [kekenyangan], sehingga perut tidak dapat menampungnya
• Makanan yang tidak sesuai dengan perut atau memakan makanan yang tidak disukai [merasa jijik]
• Dapat juga karena pengaruh kejiwaan seperti terlalu sedih atau terlalu susah
• Tanda kehamilan bagi seorang wanita
Sesungguhnya muntah dapat membersihkan perut dan dapat pula menguatkan usus, menyegarkan pandangan, menghilangkan sakit kepala dan bermanfaat bagi kandung kemih,[ coba anda rasakan pengaruh positif ini setelah anda muntah..,
Tetapi terlalu banyak muntah mengakibatkan lemahnya perut, merusak gigi, pandangan dan pendengaran, bagi yang sedang sakit tenggorokan seperti sariawan, sakit dada dan mengeluarkan dahak darah, seharusnya menghindari terjadinya muntah.
Ketika muntah sebaiknya yang anda lakukan adalah memejamkan mata dan mengikat perut atau memegang perut dengan tangan dengan kencang, setelah itu membasuh muka dengan air dingin, setelah itu sangat bermanfaat meminum air jeruk. Semoga bermanfaat…….
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. 'Perdapatdua pusat yang momguasai refieks untuk defe:kasi, yang te:rletak di medula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar mengucup. Reflek defe;kasi dirangsang untuk buang air beaar, kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendor. Selama defekasi berbagai otot lain membantu proses itiu, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis.
Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zatmakanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. feaes yang normal terdiri atas masa padat, berwarna coklat karena disebabkan ole;h mobilitas sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus kecil.
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu pertama, refieks, defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus, lalu pada saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua, refieks defekasi parasimpatis. Adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden, ke;mudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sfingte:r interna, berelaksasi

Kontrasepsi KB Kimiawi

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN METODE KB KIMIAWI

Metode kontrasepsi sangat beragam. Pada prinsipnya ada yang dilakukan secara alami, mekanik, dan kimiawi. Metode alami dilakukan dengan cara tidak melakukan hubungan pada masa subur sang istri. Cara alami lainnya adalah dengan pencabutan sebelum ejakulasi.

Secara mekanik pada prinsipnya adalah mencegah sperma bertemu dengan sel telur. Hal ini dilakukan dengan menggunakan kondom, IUD, dan vasektomi.

Sedangkan secara kimiawi yaitu dengan cara mencegah ovulasi (proses pelepasan sel telur dari indung telur) dengan menggunakan pil KB, suntik, implan (susuk), ataupun preparat yang menghentikan atau membunuh sperma pada saat bersentuhan (spermisida) pada busa vagina, krem, jel dan supositoria vagina.

B. ALAT KONRASEPSI YANG TERMASUK KEDALAM KB KIMIAWI

1) Kontrasepsi Pil KB/Pil Progestin (MINIPIL)

Pil KB adalah kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dengan cara menelan pil setiap hari secara teratur. Pil KB yang mengandung hormon estrogen dan progestin ini mencegah terjadinya kehamilan dengan cara meniadakan ovulasi (pengeluaran telur dari indung telur) dan mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sulit memasuki rahim. Pil KB tidak menggugurkan kehamilan yang telah terjadi.

Profil
o Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB
o Sangat efektif pada masa laktasi
o Dosis rendah
o Tidak menurunkan produksi ASI
o Tidak memberikan efek samping estrogen
o Efek samping utama adalah gangguan perdarahan, perdarahan bercak atau perdarahan tidak teratur
o Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat




Jenis Mininpil :
 Kemasan dengan isi 35 pil: 300 μg levonorgestrel atau 350 μg noretindron
 Kemasan dengan isi 28 pil: 75 μg norgestrel

Cara Keja Minipil :
• Menekan sekresi godanotropin dan sintesi steroid seks di ovarium (tidak begitu kuat)
• Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit
• Mengentalkan lender serviks sehingga menghambat penetras sperma
• Mengubah motilitas tuba sehingga transfortasi sperma terganggu

Efektifitas
Sangat efektif (98,5%). Pada penggunaan minipil jangan sampai terlupa satu-dua tablet atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointerstinal (muntah,diare), karena akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil pelu dihindari karena mukolitik jenis ini dapat meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan kontraseptif dari minipil dapat terganggu.
Agar didapatkan kehandalan yang tinggi, maka:
 Jangan sampai ada tablet yang lupa
 Tablet digunakan pada jam yang sama (malam hari)
 Senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan minipil

Keuntungan Kontrasepsi Pil KB:
a. Sangat efektif bila digunakan secara benar
b. Tidak mengganggu hubungan seksual
c. Tidak mempengaruhi ASI
d. Kesuburan cepat kembali
e. Nyaman dan mudah digunakan
f. Sedikit efek samping
g. Tidak mengandung estrogen

Keterbatasan:
 Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)
 Peningkatan/ penurunan berat badan
 Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
 Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
 Payudara menjadi lebih tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat
 Resiko kehamilan ektopik cukup tingggi (4 dari 100 kehamilan), tetapi resiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan minipil
 Efektifitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberculosis atau obat epilepsy
 Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS
 Hirsutisme (tunbuh rambut/ bulu berlebihan di daerah muka), tetapi sangat jarang terjadi.

Yang Boleh Menggunakan Minipil:
Usia reproduksi
Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak
Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif selama periode menyusui
Pascapersalinan dan tidak menyusui
Pascakeguguran
Perokok segala usia
Mempunyai tekana darah tinggi ( selama< 189/110 mmHg) atau dengan masalah pembekuan darah Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak menggunakan estrogen Yang Tidak Boleh Menggunakan Minipil:  Hamil atau diduga hamil  Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya  Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid  Menggunakan obat tuberculosis (rifampisin), atau obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturate)  Kanker payudara atau riwayat payudara  Sering lupa menggunakan pil  Mioma uterus. Progestin memicu pertumbuhan mioma uterus  Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah. Waktu Mulai Menggunakan Minipil: • Mulai hari pertama sampai ke-5 siklus haid. Tidak diperlukan pencegahan dengan kontrasepsi lain • Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila menggunakannya setelah hari ke-5 siklus haid, jangan melakukan hubungan seksual selam 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja • Bila klien tidak haid (aminore), minipil dapat digunakan setiap saat, asal saja diyakini tidak hamil. Jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan alat kontrasepsi lain untuk 2 hari saja • Bila menyusui antara 6 minggi dan 6 bulan pascapersalinan dan tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan • Bila lebih dari 6 minggu pascapersalinan dank lien telah mendapat haid, minipil dapat dimulai pada hari 1-5 siklus haid • Minipil dapat segera diberikan pascakeguguran • Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin menggantinya dengan minipil, minipil dapat segera diberikan, bila saja kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu tersebut tidak sedang hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya • Bila kontrasepsi yang sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, minipil diberikan pada jadwal suntikan berikutnya. Tidak diperlukan penggunaan metode kontrasepsi yang lain • Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal dan ibu tersebut ingin menggantinya dengan minpil, minipil diberikan pada hari 1-5 siklus haid dan tidak memerlukan metode kontrasepsi lain • Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah AKDR (termasuk AKDR yang mengandung hormone), minipil dapat diberikan pada 1-5 siklus haid. Dilakukan pengangkatan AKDR Peringatan Khusus untuk Pemakai Minipil: 1) Bila beberapa bulan mengalami haid teratur dan kemudian terlambat haid, perlu dipikirkan kemungkinan telah terjadi kehamilan 2) Bila mengeluh perdarahan bercak yang disertai dengn nyeri perut hebat, maka yang pertama sekali dipikirkan adalah kehamilan ektopik 3) Problem mata (kehilangan penglihatan, atau kabur), nyeri kepala hebat, maka perlu dipikirkan terjadinya hipertensi atau problem vaskular 2) Kontrasepsi Suntik (KB Suntik) Apa yang disebut KB suntik?:  Wanita yang ingin memakai KB suntik mendapat suntikan periodik untuk mencegah kehamilan.  Ada bermacam KB suntik yang dipasarkan di Indonesia yakni: -Depo Provera (suntikan setiap 3 bulan sekali) -Noristerat (suntikan setiap 2 bulan sekali) dan -Cyclofem (suntikan 1 bulan sekali)  Disuntikkan di bokong, atau tempat lainnya. Bagaimana cara kerja KB suntik mencegah kehamilan ?: o Menghentikan (meniadakan) keluarnya sel telur dari indung telur o Membuat sperma sulit memasuki rahim karena mengentalkan lendir mulut rahim (serviks) o Tidak dapat mengeluarkan/ menghentikan kehamilan yang sudah terjadi Efektivitas KB suntik: • Sangat efektif, kegagalan pada pemakai KB suntik hanya sekitar 0.3 kehamilan dari 100 pemakai pada tahun pertama pemakaian. ( 1 dari 333 pemakai masih bisa hamil) Keuntungan memakai KB suntik:  Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang dan kesuburan dapat pulih kembali  Tidak terpengaruh “faktor lupa” dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB)  Tidak mengganggu hubungan suami istri  Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif  Tidak mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas maupun kualitas  Dapat dipakai segera setelah masa nifas  Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman terhadap resiko kehamilan  Dapat dipakai segera setelah keguguran  Membantu mencegah terjadinya kehamilan di luar kandungan  Membantu mencegah kanker endometrium (rahim)  Membantu mencegah kejadian mioma uteri (tumor jinak rahim)  Mungkin dapat mencegah kanker indung telur (ovarium)  Mengurangi kejadian anemi kekurangan zat besi  Khusus untuk penderita epilepsi mengurangi kejadian kejang. Kekurangan KB suntikan: Kekurangan KB Suntikan: Efek sampingya terhadap siklus haid/menstruasi sering “tidak menyenangkan” namun tidak berbahaya dan bukan tanda kelainan/penyakit, perubahan pola haid biasanya pada tahun pertama pemakaian yakni : Perdarahan bercak , dapat lama Jarang terjadi perdarahan yang banyak Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang) Sering menaikkan Berat Badan Dapat menyebabkan (tidak pada semua akseptor) sakit kepala, nyeri payudara, “moodiness”, jerawat, kurangnya libido seksual, rambut rontok. Perlu suntikan ulangan teratur Perlu follow up (kontrol/kunjungan berkala) untuk evaluasi Secara umum, kebanyakan wanita boleh memakai KB suntik, meskipun:  Perokok berat  Menyusui  Gemuk atau kurus  Remaja  Baru keguguran  Berpenyakit Tiroid  Epilepsi  TBC (bukan TBC kandungan)  Varises ringan  Hipertensi ringan  Siklus haid tidak teratur  Anemi kekurangan zat besi Kapan suntikan KB dapat dimulai ?: • Sedang menstruasi ( sampai hari ke 7) • Bila tidak sedang menstruasi atau menstruasi hari ke 8 atau lebih, boleh disuntik, namun memakai perlindungan ganda (kondom) selama 2 X • 24 jam. • Sedang menyusui ( segera setelah nifas, 6 minggu) • Bila tidak menyusui, berikan segera setelah nifas (6 minggu) • Tidak menyusui dan belum haid > 6 minggu, asal yakin tidak sedang hamil. atau berikan perlindungan ganda sampai haid lalu mulai suntikan.
Kapan akseptor suntik harus datang untuk kunjungan ulang (follow-up)?
1) Pada saat jadual ulangan penyuntikan (1 bulan untuk cyclofem, 2 bulan untuk noristerat dan 3 bulan untuk Depo provera)
2) Bila berhalangan, dapat datang sebelum waktu kunjungan berikutnya
3) Bila tidak dapat datang pada jadual berikutnya, pakai perlindungan ganda (kondom, spermisida, sampai bisa datang untuk suntikan.

3) Kontrasepsi Implan

Profil:
• Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk jadena , indoplant, atau implanon.
• Nyaman
• Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
• Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
• Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut
• Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea
• Aman dipakai pada masa laktasi.

Jenis:
• Norplant,terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,dengan diameter 2,4 mm,yang diisi dengn 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
• Implanon,terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm,yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
• Jadena dan indoplan , terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonor-gestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Cara kerja:
• Lendir servik menjadi kental
• Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
• Mengurangi transportasi sperma
• Menekan ovulasi

Efektivitas:
Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)

Keuntungan kontrasepsi:
• Daya guna tinggi
• Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
• Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
• Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
• Bebas dari pengaruh estrogen
• Tidak mengganggu kegiatan senggama
• Tidak mengganggu ASI
• Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
• Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan

Keterbatasan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.

Timbulnya keluhan-keluhan, seperti:
• Nyeri kepala
• Peningkatan/penurunan berat badan
• Nyeri payudara
• Perasaan mual
• Kepala pusing
• Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
• Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
• Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS
• Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
• Efektivitasnya menurun bila menggunakannya obat-obat tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat)
• Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun)

Yang boleh menggunakan implant:
• Usia reproduksi
• Telah memiliki anak ataupun yang belum
• Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang
• Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
• Pascaperslinan dan tidak menyusui
• Pasca keguguran
• Tidak menginginkn anak lagi tetepi menolak sterilisasi
• Riwayat kehamilan ektopik
• Tekanan darah<180/110mmHg,
• Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yg mengandung estrogen
• Sering lupa menggunakan pil.

Yang tidak boleh menggunakan implant:
 Hamil atau diduga hamil
 Perdarahan pervaginam yg belum jelas penyebab nya
 Bejolan/kangker payudara atau riwayat kangker payudara
 Tidak dapat menerima perubahan pola haid yg terjadi
 Miom uterus dan kangker payudara.
Waktu mulai menggunakan implant:
• Setiap saat selama siklus haid ke-2 sampai hari ke-7 tidak diperlikan metode kontrasepsi tambahan.
• Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
• Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap sat, asal saja tidak diyakini terjadinya kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual/ gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
• Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan,insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.
• Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
• Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.
• Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali AKDR) dan ingin menggantinya dengan implant, insersi implan dapat dilakukan setiap saat, asal diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikut nya.
• Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan imlpan, implan dapat diinsersikan pada saat haid hari ke 7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut
• Pascakeguguran implan dapat segera diinsersikan.


4) Kontrasepsi Spermisida
Spermisida merupakan alat kontrasepsi yang menyediakan barier mekanik untuk penetrasi sperma. Dipasarkan dalam bentuk krim, jelly, supositoria, film dan foam (aerosol), zat aktifnya adalah nonoxynol-9 atau octoxynol-9. Penelitian menunjukkan preparat yang paling efektif adalah mengandung 100 mg nonoxynol-9 (Raymond et.al, 2004). Kebanyakan dapat dibeli tanpa resep dokter.
Cara pemakaiannya: spermisida harus dideposit di dalam vagina yang berkontak dengan serviks sesaat sebelum senggama. Durasi penggunaannya sekitar satu jam, dan harus diaplikasikan lagi jika mengulangi senggama. Penggunaan yang inkonsisten menyebabkan angka kehamilan yang tinggi. Spermisida dalam penggunaan saat ini ternyata dapat memberikan proteksi parsial terhadap penyakit menular seksual seperti gonore (Feldblum dan Fortney, 1988). Spermisida tidak bersifat teratogenik (Brigss et.al, 2002).

Gambar 5. Cara mengaplikasikan spermisida. Pemberian aerosol dengan bantuan aplikator (kiri) dan jenis suppositoria (kanan)

Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas

BAB II
PEMBAHASAN
A. KEHILANGAN NAFSU MAKAN DALAM WAKTU YANG LAMA
Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikanlah makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses persalianan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinannya tersebut.
Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali. Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan makanan sebanyak-banyaknya walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya disebabkan adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun akan terganggu, sehingga ibu tidak ingin makan sampai kehilangan itu hilang.

Tips Untuk Mengatasi Hilangnya Nafsu Makan :
 Ibu yang mengalami kehilangan nafsu makan bisa dihindari dengan upaya menyajikan hidangan dalam porsi kecil dan penampilan menarik.
 Jangan lupa, konsumsi vitamin C dan vitamin B (vitamin larut air) serta beberapa mineral seperti zinc, kalium, magnesium.
 Kita bisa memperolehnya dari beberapa bahan makanan.
o Zinc: daging, hati, kerang, telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan.
o Kalium: makanan mentah atau segar, terutama sayuran, buah dan kacang-kacangan.
o Magnesium: sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian, kacang-kacangan, daging, susu, daging.
o Vitamin B: biji-bijian, kacang-kacangan, kacang merah, tofu, tuna, ikan salmon, sayuran.
o Vitamin C: buah jeruk, melon, semangka, bayam, brokoli, tomat, ubi, kubis, kembang kol.
o Coba cari variasi makanan, diluar makanan biasa ibu. Makanan yang paling enak menurut ibu...(mungkin bisa mempercepat mengembalikan nafsu makannya).
Keadaan nafsu makan yang kurang atau sama sekali tidak ada kita sebut dengan istilah “Anoreksia”. Anoreksia bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala klinis dari suatu penyakit atau kelainan tertentu.
Banyak hal yang dapat menyebabkan anoreksia, antara lain penyakit organik, faktor psikologis, dan pengaturan makan yang kurang baik. Penyakit infeksi seperti pada saluran napas atas juga TBC dapat memberikan gejala anoreksia.
Jadi, jangan sampai seorang ibu nifas tidak berusaha untuk mengembalikan nafsu makannya karena akan dapat menimbulkan penyakit yang disebutkan diatas, yaitu penyakit Anoreksia.
B. RASA SAKIT, MERAH, LUNAK/PEMBENGKAKAN PADA KAKI
Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi, dan mungkin lebih sering mengalaminya. Rasa sakit yang berlebihan pada masa nifas itu berkekungkinan besar jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami.
Faktor predisposisi, yaitu:
a. Obesitas
b. Peningkatan umur maternal dan tingginya paritas
c. Riwayat sebelumnya mendukung
d. Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada keadaan pembuluh vena
e. Anemia maternal
f. Hipotermi atau penyakit jantung
g. Endometritis
h. Varicostitis




Manifestasi
 Timbul secara akut
 Timbul rasa nyeri akibat terbakar
 Nyeri tekan permukaan
Antisipasi dan Penanganan Yang Perlu Dilakukan adalah:
o Posisi tidur yang baik selama hamil dan pengeluaran cairan secara teratur akan dapat mengurangi pembengkakan pada kaki.
o Segera anjurkan ibu untuk melakukan senam nifas, karena dengan bergeraknya anggota tubuh maka akan mencegah terjadinya pembengkakan pada kaki.
o Menganjurkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah buang air kecil ketika ada rasa sakit pada pada jahitan ibu pada masa nifas
o Memberikan dukungan emosional kepada ibu, serta keluarganya.

C. MERASA SEDIH ATAU TIDAK MAMPU MENGASUH DIRI DAN BAYINYA
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1 tahun ibu post partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
Faktor penyebabnya adalah:
 Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan
 Rasa nyeri pada awal masa nifas
 Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan kebanyakan di rumah sakit
 Kecemasan akan kemampuannya untuk marawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit
 Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi

Bermacam-macam Reaksi, tindakan serta pemikiran-pemikiran ibu yang merasa sedih atau tidak mampu mengasuh diri dan bayinya, dapat dilihat pada poin2 dibawah ini :
 Perasaan tidak menentu menyertai ibu seusai kelahiran anak. Yang dominan, rasa ingin marah terus. “kadang ibu bisa kasihan pada suami karena ia sudah berusaha keras untuk membantu, termasuk bangun malam. Tapi sedikit saja kekeliruan bisa membuat ibu meledak,”
 Tak jarang seorang ibu merasakan banyak kekhawatiran; khawatir tak bisa menjadi ibu yang baik dan lain-lain. Juga rasa sedih yang tak tentu sebab. Kadang ia merasa berada di padang luas tanpa batas, Sendirian, Sunyi, Perasaan kosong yang teramat dalam, yang tak pernah bisa ia bagi kepada siapa pun. Padahal orang-orang terdekatnya, seperti orangtua dan suami, sangat mendukungnya. Setiap malam, sang suami ikut mengganti popok anaknya yang basah.
 Banyak perempuan mengalami perasaan berubah-ubah secara ekstrem (mood swings) pasca melahirkan. Semua perempuan berpotensi mengalaminya, termasuk aktivitas yang tercerahkan dengan suami yang sungguh-sungguh sangat mendukung. Selama lebih tiga bulan ibu mengalami gejolak emosi yang sangat tidak stabil. Terkadang ia merasa bahagia dianugerahi seorang anak, lalu muncul kesedihan yang luar biasa. Ia juga merasa kebebasan dan privasinya sangat berkurang karena waktunya habis untuk mengurus anak.
 Walaupun selama masa kehamilan, ibu sudah mempersiapkan secara matang tentang perawatan anaknya yang akan lahir. Ia membaca semua buku menjelang kelahiran anaknya itu. ibu yang tinggal jauh dari mertua dan orangtua merasa sudah siap mental untuk mengasuh dan merawat bayi. Namun perkiraannya ibu bisa meleset. Setelah melahirkan, secara teknis ibu memang tidak canggung lagi merawat dan mengasuh anaknya. Akan tetapi tidak secara psikologis. Petunjuk “ilmu” yang ia pelajari dari buku ternyata tidak mendapat dukungan dari lingkungan terdekatnya.
 Akan tetapi, tak banyak yang memerhatikan berbagai faktor yang dapat membuat perempuan mengalami gangguan kejiwaan atau depresi pascamelahirkan. Beberapa di antaranya bahkan dapat berakibat fatal. Rasa bahagia ketika mendapatkan bayi bukanlah jaminan semuanya akan baik-baik saja.
 Rasa sakit yang luar biasa pada proses kelahiran bisa menjadi salah satu faktor pencetus. Seperti ibu yang mengalami proses panjang dan rumit (sempat diinduksi beberapa kali, ketubannya pecah sementara rahimnya belum mengalami proses pembukaan, tekanan darahnya naik) sebelum dokter yang menanganinya memutuskan agar ia dioperasi cesar.
 Perjuangan berat saat melahirkan membawa dampak psikologis yang cukup berat bagi ibu. Setelah melahirkan, ibu harus istirahat total satu minggu. Dalam keadaan sakit, ia masih harus berjuang lagi untuk menyusui anaknya.
Adapun tindakan yang harus kita lakukan terhadap keadaan ibu yang seperti ini yaitu:
Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman yang terjadi pada masa nifas.
Berikan support yang bisa diterima oleh ibu, misalnya kita mengatakan bahwa ibu pasti bisa melakukan yang terbaik buat bayi ibu. Ibu tidak perlu takut dan kwatir dalam pengasuhan bayi ibu, karena ibu tidak sendiri ada suami, orang tua, apalagi saya yang akan tetap sedia membatu ibu dalam mengasuh bayi ibu tersebut karena ini merupakan salah satu tanggung jawab saya juga.
Bertindaklah sebagai promotor hubungan antara ibu, bayi dan keluarga.
Memberikan dukungan yang berkesenambungan.
Beri keyakinan kepada ibu agar tidak ragu-ragu dalam memberikan asuhan terhadap bayinya.